Lanjutan Genduk Duku
Namun sekali lagi istri Wiraguna itu memanggil gadis remaja yang hanya diam berdiri di ambang kelir gerbang, setengah takut memandang dayang-dayang tua itu. “Ni Sekethi, silakan ambil dulu bunga-bunga gambirmu. Mestinya ada yang penting. Mungkin ada panggilan dari Bendara Raden Ayu Pinundhi, atau dari Tumenggung Singaranu sendiri. (Tersenyum ramah.) Mari, Lusi! Dari mana kau sepagi ini?” Gadis itu kemudian berjongkok dan menyembah, lalu gugup mencoba berungkap, “Maafkan seribu kali, Putri Arumardi, tadi pagi-pagi hamba berbelanja di pasar. Lalu… lalu…” “Sudah, tak mengapa. Membawa warta dari puri Singaranu?” Si gadis tidak langsung menjawab. Ia menunggu sampai dayang-dayang tua dengan pandangan mata melotot melewatinya dan menghilang di balik kelir, ke luar gerbang. Kemudian berlarilah Lusi ke bawah, dan terengah-engah, sesudah memandang ke segala penjuru serba takut, membisikkan sesuatu yang sudah menggumpal di dalam dadanya, “Putri Arumardi, lekas pergi dari puri in...